Iif Hudzifah / 28211169 / 3EB04
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah berturut-turut, Apakah Kita Sudah
Krisis?
Walau Presiden SBY,
Wakil Presiden Boediono, dan Menteri Keuangan Chatib Basri sepertinya cuek dan
pede-pede saja terkait pelemahan nilai tukar rupiah, saya sebagai rakyat biasa
merasa gusar. Mulai ada pertanyaan kalau kalau ini merupakan pertanda sebuah
krisis ekonomi seperti 1997? Presiden dan pembantunya di bidang ekuin bisa saja
berdalih bahwa ekonomi baik-baik saja, ini hanya sebagai sebuah konsekuensi
logis penguatan ekonomi Amerika.
Saya akui, saya mungkin tidak sepaham Chatib Basri yang konon
katanya maestro ekonomi asal FEUI. Namun, bukanlah masalah sepertinya untuk
protes kepada Chatib Basri dan bos-bosnya yang tidak otentik dalam memberikan
reaksi terhadap sebuah permasalahan. Bertele-telenya sikap sok cuek Chatib dan
SBY (yang dengan santainya bilang: “Emangnya
Kenapa kalau rupiah melemah?“) justru itu yang membunuh
kepercayaan diri rakyat. Bebal dan percaya diri itu beda jauh, bung! Jumat
lalu, SBY baru bicara tentang penanganan, mungkin sudah telat.
Pemerintah mungkin bisa
santaiii seperti kata bang Rhoma Irama. Hanya saja kenyataan dan angka-angka
tidak bisa santai. Kalau dari sisi kurs saja, keliatan banget pelemahan nilai
tukar rupiah sudah ga nyantai. Bayangin menteri jenis apa yang di media justru
seperti bebal dan acuh melihat keseimbangan rupiah seperti di bawah? Chatib
Basri sepertinya tidak sadar bahwa di saat rupiah bergejolak seperti di bawah
imbasnya fatal terhadap dunia usaha kita yang masih sangat tergantung dengan
bahan baku impor.
Kemudian apakah penurunan signifikan SEKALI pada index saham
IHSG kita bukan sesuatu yang nyata dan urgent? IHSG dalam 3 bulan terakhir
sudah turun lebih dari 20%. Mungkin beberapa bilang bahwa IHSG turun akibat
koreksi natural karena sempat menyentuh rekor tertingginya. Ya, mungkin ada
faktor tersebut. Tapi apakah koreksi sampai 20% lebih? Koreksi 20% lebih, bisa
jadi lebih karena panik pelaku bursa dan investor yang memindahkan dananya ke
market yang lebih stabil. Lebih penting lagi, pelemahan >20% merupakan
cerminan turunnya performance fundamental perusahaan-perusahaan kita yang
pastinya tergerus akibatpelemahan
nilai tukar rupiah.
Percaya deh: Pasar Sudah Panik Tidak seperti tiga serangkai otak ekonomi kita: SBY, Boediono, dan Chatib Basri yang sok cool tapi palsu. Market kita tampak panik. Penurunan IHSG menunjukkan hal itu. Namun hal yang menguatkan adalah kinerja harga emas yang sudah balik mengkilap:
Kenaikan harga emas
biasanya indikasi dari ekonomi panik di mana orang cari aman lewat membeli emas
sehingga harganya naik. Ya lebih aman, dibandingkan uangnya menganggur di bank
atau di dompet yang nilainya akan tergerus habis.
Oleh karena itu
sebaiknya kita juga bersiap secara individu. Kalau memang ada sedikit uang,
lebih baik di convert ke dalam dollar maupun emas. Ini merupakan cara terbaik
mengamankan aset. Nasionaliskah membeli dollar untuk mengamankan diri sendiri?
Tanya pada negara dan pemerintah, apakah mereka peduli dengan asetmu?
Tanggal Kutip : 3 November
2013
Analisis :
Pelemahan nilai rupiah tidak
hanya terjadi sekali saja namun berkali-kali, ini menjadi masalah klasik yang
tidak pernah ada titik penyelesaiannya. Penurunan nilai rupiah sangat
berpengaruh terhadap pendapatan perkapita. Akibat dari pelemahan nilai rupiah
adalah turunnya performance fundamental perusahaan-perusahaan dalam negeri. Masalah
ini tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja, kita jangan lepas tangan
tetapi kita bersama-sama mencari solusi terbaik sehingga sama-sama
menguntungkan dan merasakan kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar