Iif Hudzifah / 28211169 / 3EB04
60% Kebutuhan
Kedelai dari Impor
JAKARTA, BP - Gejolak nilai tukar rupiah telah membuat
para pengusaha tahu dan tempe menjerit. Pasalnya, kedelai yang menjadi bahan
baku tahu dan tempe merupakan komoditas impor. Karenanya, sudah saatnya
pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor dengan
memberdayakan petani kedelai di dalam negeri.
Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR yang membidangi
pertanian dan pangan, Herman Khaeron, saat ini ketergantungan terhadap
kedelai impor masih tinggi.
"Kurang lebih 60 persen dari jumlah kebutuhan
bahan baku tahu dan tempe ini masih import," katanya saat dihubungi guna
menanggapi lonjakan harga kedelai, Selasa (27/8).
Menurut Herman, saat ini kedelai kurang diminati para
petani di dalam negeri. Karenanya, tingkat panenan kedelai di dalam negeri
masih jauh di bawah komoditas lain pangan lainnya seperti padi atau
jagung.
Di sisi lain, lanjutnya, harga kedelai di luar negeri
juga sedang melonjak karena kurangnya pasokan lantaran panjangnya musim panas
di Amerika selatan dan banjir di Tiongkok tahun lalu. "Jadi harga kedelai
di luar negeri memang sudah tinggi," ucapnya.
Meski demikian Herman yang juga Ketua DPP Partai
Demokrat bidang Tani dan Nelayan itu menegaskan, sesuai Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan maka pemerintah berkewajiban menjaga stabilisasi
pasokan dan harga pangan pokok. UU yang sama juga mengamanatkan kepada
pemerintah untuk membentuk lembaga khusus tentang pangan yang
berada langsung di bawah presiden.
Namun, karena lembaga itu tak kunjung terbentuk, maka
Herman menyarankan beberapa langkah yang bisa ditempuh pemerintah untuk menekan
lonjakan harga kedelai. Usulan Herman antara lain adalah menggenjot produksi
kedelai dalam negeri dengan berbagai formula subsidi dan bantuan pemerintah.
"Sehingga ada gairah petani untuk menanam
kedelai," ucapnya.
Selain itu, ada baiknya pemerintah menurunkan bea impor
kedelai secara bertahap dan temporer agar harga kedelai di dalam negeri tidak
terlalu tinggi. Di samping itu, lanjutnya, pemerintah bisa menugaskan institusi
negara seperti Bulog atau BUMN bidang pangan lainnya untuk menjamin dan menjaga
stabilitas pasokan dan harga.
"Atau bisa dengan memberi subsidi harga secara
temporer sampai harga stabil," katanya.(jpnn)
Sumber: http://www.bantenposnews.com/berita-5363-60-kebutuhan-kedelai-dari-impor.html#.UskZO_vM3Mg
Tanggal Kutip : 03 Januari 2014
Analisis :
Hasil panen kedelai di Indonesia kurang baik, tak sebagus jagung dan
pagi. Akhirnya petani menjadi malas untuk menanam kedelai itu. Karena itu
pemerintah akhirnya mengimpor kedelai dari Amerika dan Tiongkok untuk memenuhi
kbutuhan di dalam negeri. Karena di Amerika sedang musim panas panjang dan diTiongkok
sedang banjir, sehingga biaya produksi meningkat. Oleh karena biaya produksi
disana sudah tinggi, sehingga ketika masuk ke Indonesia makin mahal dan tidak
seperti biasanya, apalagi jika ditambah dengan adanya biaya tambahan lainnya
seperti beacukai. Jadi intinya pasokan dari pribumi cuman bisa di produksi 40%
dan sisanya dari import dan itu biayanya mahal, sehingga dalam hal ini butuh
subsidi dari pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar