NPM : 28211169
Kelas : 4EB04
Accounting Fundamental Concept
1. Entity
Concept
Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis
diperlakukan berbeda atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis
tersebut. Hal ini termasuk bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus
dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi dari seorang
pemiliknya. Namun, diperbolehkan bagi seorang pemilik untuk dapat memperoleh
informasi yang benar mengenai kondisi perusahaannya.
Business entity concept atau dalam literatur-literatur
teori akuntansi dikenal denganentity theory digagas oleh William A
Paton, seorang professor dari Universitas Michigan. Ditegaskan olehnya, bahwa
dengan adanya entity theory, perusahaan dengan pemiliknya menjadi
terpisah. Kepemilikan aset dimiliki oleh perusahaannya, dan antara kewajiban
dengan pemegang ekuitas oleh investor dalam aset tersebut merupakan hak yang
berbeda. Atas dasar konsep ini, maka dapat dirumuskan dalam posisi keuangan
atau neraca bahwa aset sama dengan jumlah kewajiban ditambah dengan ekuitas
pemilik. Konsep ini menurut Suwardjono (2005) mempersonifikasi badan usaha
sebagai orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya dalam
pembuatan kontrak dan kepemilikan aset. Menurutnya, sebagai konsekuensi dari
konsep entitas, hubungan antara entitas dengan pemilik dipandang sebagai
hubungan bisnis terutama dalam hak dan kewajiban atau utang piutang.
Meskipun antara perusahaan dengan pemiliknya terpisah, namun pemilik tetap
berhak atas keuntungan yang harus diberikan oleh perusahaan dalam bentuk
dividen. Laba bersih yang diperoleh dengan demikian bukanlah semerta-merta
adalah hak dari pemilik perusahaan. Diperlukan proses dalam menentukan untuk
dapat ditentukan kebijakan distribusi laba dalam bentuk dividen atau mengambil kebijakan
untuk menahan laba, yang dikenal dengan laba ditahan yang ditambahkan pada
ekuitas pada posisi keuangan. Yang secara substansi juga menambah kekayaan dari
pemilik perusahaan itu sendiri.
B. Going Concern
Going concern menurut Belkaoui (1997 : 135) adalah
suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus
operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya,
tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini
memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam
jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi.
Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan untuk
menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu
periode mempunyai sifat sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan
keuangan yang berkelanjutan. Going concern merupakan salah satu konsep penting
akuntansi konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan
yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa
depannya. Lebih detil lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana
perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini
dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan
going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh
manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro
seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam
akibat tingginya tingkat suku bunga. Standar
Akuntansi Keuangan No.1 kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, menjelaskan tentang kesinambungan ini sebagai berikut : “Laporan
keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan
akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan
tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan”. (2004:par23). Konsep kesinambungan menjelaskan bahwa suatu
entitas akuntansi dipandang akan beroperasi terus untuk merealisasikan aktivitas-aktivitas
usahanya. Asumsi ini mengasumsikan bahwa entitas akuntansi itu tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu yang dapat diramalkan atau bahwa entitas
tersebut akan berjalan terus untuk peride yang tidak dapat ditentukan. Dengan
demikian laporan keuangan memberikan pandangan sementara mengenai keadaan
perusahaan dan hanya merupakan sebagian dari laporan keuangan yang
berkesinambungan. Konsep kesinambungan membenarkan penilaian aktiva dasar bukan
nilai likuidasi dan membenarkan penggunaan historikal cost untuk beberapa
penilaian serta penerapan penyusutan atau amortisasi untuk aktiva tetap.
Berdasarkan konsep ini maka pelaporan akuntansi tidak dimaksudkan sebagai nilai
dasar perusahaan pada tanggal pelaporan.
C. Unit Of Measure
Konsep pengukuran dalam
nilai mata uang berpendapat bahwa akuntansi merupakan suatu proses pengukuran
dan penyampaian akuntansi perusahaan yang dapat diukur dengan uang. Secara
tidak langsung konsep ini menyatakan bahwa satuan uang adalah alat yang paling
efektif untuk mengungkapkan pengukuran aktiva dan kewajiban perusahaan serta
perubahan-perubahannya. Namun hal
tersebut tidak berarti bahwa informasi non moneter tidak tercakup dalam sistem
akuntansi perusahaan. informasi ini juga diikut sertakan, tetapi informasi
utama dalam laporan keuangan diukur dalam nilai mata uang agar memberikan dasar
penafsiran yang universal bagi pembaca laporan. Konsep ini mengandung
pengertian bahwa uang merupakan alat ukur umum dan paling tepat dalam aktivitas
ekonomi dan menjadi dasar yang tepat pula bagi pengukuran analisis akuntansi.
Dalam pencatatan, unit moneter yang diwakili oleh uang sangat relevan,
sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami dan berguna. Secara umum,
dengan adanya uang sebagai alat ukur, menjadikan penyajian akuntansi dengan
unit moneter lebih dapat terkomunikasikan atas informasi sumber daya ekonomi
yang dimiliki dan tersaji dalam bentuk informasi kuantitatif. Hal inilah yang
membuat pengguna laporan keuangan lebih dapat melihat objektifitas informasi
sumber daya ekonomi bagi perusahaan untuk dapat membuat keputusan ekonomi yang
rasional. Sebenarnya dalam konteks ekonomi, kehadiran uang sebagai alat tukar (medium
of exchange) karena sistem ekonomi tidak lagi menganut sistem ekonomi
non-barter. Hasilnya, uang saat ini sebagai standar utama dalam menilai dan
sebagai hal yang pokok dalam proses pengukuran. Dengan demikian, laporan
keuangan disajikan dengan unit moneter yang disesuaikan dengan jenis mata uang
suatu Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi. Dalam pokok pikiran Paton
dan Littleton, Suwardjono (1986) mengemukakan bahwa satu-satunya data yang
pasti yang dapat diperoleh untuk menunjukkan adanya transaksi pertukaran secara
objektif dan untuk menyatakan transaksi pertukaran tersebut secara homogen
adalah jumlah satuan uang yang terlibat dalam pertukaran. Maka, data tersebut
merupakan bahan olah dasar akuntansi.
Suatu unit
pertukaran dan pengukuran adalah perlu untuk menghitung transaksi dari
perusahaan secara seragam. Dalil Unit Pengukuran (of Measure Postulate)
menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan penyampaian aktivitas
perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang.
Dalil unit
pengukuran atau dalil unit moneter mengaplikasikan dua keterbatasan utama dari
akuntansi :
a. Akuntansi terbatas pada ramalan dari informasi yang dinyatakan dalam satuan
uang, akuntansi tidak tidak mencatat maupun menyampaikan informasi non moneter
lainnya walaupun informasi tersebut relevan.
b. Informasi akuntansi dipandang sebagai informasi yang bersifat moneter dan
dapat di hitung, informasi non akuntansi dipandang sebagai informasi yang
bersifat non moneter dan tidak dapat di hitung.
D. Periodic
Reporting
Meskipun akuntansi juga berasumsi bahwa bisnis akan
tetap ada selama jangka waktu yang lama dan tidak ditentukan, penting untuk
dipantau akun atau pencatatan dengan keterangan yang jelas untuk periode bisnis
yang ditujukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis dan disajikan posisi
keuangan untuk periode tersebut. Biasanya pencatatan dipersiapkan untuk periode
satu tahun yang mana boleh jadi sesuai dengan kalender tahunan sebagai tahun
laporan keuangan. “Konsep perioda menyatakan bahwa akuntansi memperhitungkan
laba dengan periode waktu sebagai takarannya dan bukan angkatan produk,”
(Suwardjono, 2003, hlm 101). Lanjut Suwardjono (2003) bahwa sebagai implikasi
dari konsep ini adalah akuntansi menentukan laba dengan menandingkan atau
mengasosiasi pendapatan periode dengan biaya yang dianggap menciptakan
pendapatan untuk periode tersebut. “Jadi, biaya dianggap sebagai upaya untuk
menghasilkan pendapatan dengan waktu sebagai takaran penandingan,” (Suwardjono,
2003: hlm. 101). Konsep periode
akuntansi berpendapat bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan
kekayaan suatu perusahaan harus diungkapkan secara berkala. Oleh karena itu
aktivitas ekonomi perusahaan dipecah dalam periode-periode dan dengan penyajian
laporan keuangan secara periodik diharapakan hal tersebut dapat membantu
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Walaupun periode
itu bervariasi, namun Undang-Undang pajak pendapatan, yang menghendaki
penentuan pendapatan atas dasar tahunan dan praktek perniagaan tradisional
menyebabkan periode tersebut biasanya satu tahun.
E. Conservatisme
Prinsip konservatisme adalah konsep yang mengakui
beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tentang
hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset ketika sudah yakin akan
diterima. Berdasarkan prinsip konservatisme, jika ada ketidakpastian tentang
kerugian, Anda harus cenderung mencatat kerugian. Sebaliknya, jika ada
ketidakpastian tentang keuntungan, Anda tidak harus mencatat keuntungan. Dengan
demikian, laporan keuntungan cenderung menghasilkan jumlah keuntungan dan nilai
aset yang lebih rendah demi untuk berjaga-jaga. Prinsip konservatisme juga
dapat diterapkan dalam membuat perkiraan. Misalnya, jika bagian penagihan
piutang yakin bahwa sekelompok piutang akan memiliki 3% piutang tidak tertagih,
namun bagian penjualan cenderung yakin pada angka 5% lebih tinggi karena
situasi penjualan industri yang lesu, angka 5% yang diambil saat membuat
penyisihan piutang ragu-ragu, kecuali ada bukti kuat untuk sebaliknya. Contoh
lain dari penerapan prinsip konservatisme adalah LOCOM, di mana persediaan
dicatat dengan harga yang terendah antara beban pembeliannya atau harga pasar
saat ini. Untuk menghadapi
kejadian-kejadian dimasa datang yang penuh ketidakpastian dan berbagai resiko,
akuntansi senantiasa berpedoman pada suatu konsep berhati-hati yang dikenal
dengan konsep konservatif. Konsep concervatism merupakan konsep dalam akuntansi
yang konvensional, yang timbul dari ketidakpastian dalam pelaporan keuangan.
Konsep ini menekankan jika terdapat beberapa kemungkinan penilaian untuk suatu
perkiraan, maka untuk perkiraan pendapatan aktiva sebaiknya dipilih alternatif
yang akan menghasilkan nilai paling kecil dan sebaliknya untuk perkiraan
kewajiban dan beban sebaiknya dipilih alternatif yang akan menghasilkan nilai
terbesar. Selain itu konsep ini juga mengandung pengertian bahwa adanya
indikasi timbulnya biaya harus diakui apabila telah disertai bukti yang cukup
mengenai kepastian dari pendapatan tersebut.
F. Accrual
Basis
Basis Akrual (Accrual Basis) Teknik basis akrual
memiliki fitur pencatatan dimana transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi
tersebut memiliki implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi
dicatat pada saat terjadinya walaupun uang belum benar – benar diterima atau
dikeluarkan. Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk pengukuran aset,
kewajiban dan ekuitas dana. Jadi Basis akrual adalah basis akuntansi
yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
1.
Keunggulan Pencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a.
Metode aacrual basis digunakan untuk
pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana.
b.
Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga
informasi yang diberikan lebih handal dan terpercaya.
c.
Pendapatan diakui saat terjadi transaksi,
sehingga informasi yang diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum
diterima.
d.
Banyak digunakan oleh perusahan-perusahana besar
(sesuai dengan Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu
perusahaan untuk menggunakan basis akural).
e.
Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara
langsung tetapi akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
f.
Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam
masing-masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.
g.
Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas
yang belum diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
h.
Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman
manajemen dalam menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
i.
Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak
tertagih, sehingga dapat mengurangi risiko kerugian.
2.
KelemahanPencatatan Akuntansi Secara Accrual Basis
a.
Metode accrual basis digunakan untuk pencatatan.
b.
Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat
efektif sebagai biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
c.
Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga
dapat membuat mengurangi pendapatan perusahaan.
d.
Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat
mengurangi pendapatan perusahaan.
e.
Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan
kas yang belum dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.
G. Matching Cost With
Revenue
Dalam akuntansi dikenal
prinsip matching concept. Di mana yang dimaksud dari prinsip ini
adalah dengan diakuinya beban bukan pada saat pengeluaran kas telah terjadi
atau telah dibayarkan. Namun, diakui ketika suatu produk atau jasa secara
aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. “Pendapatan suatu periode
harus dibebani dengan biaya-biaya yang secara ekonomis berkaitan dengan produk
yang menghasilkan pendapatan tersebut, (Suwardjono, 1986, hlm 116). Hal ini
memungkinkan adanya biaya yang ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aset pada
posisi keuangan atau neraca. Meskipun dalam kenyataannya biaya ditangguhkan
tersebut tidak memberikan manfaat ekonomi di masa depan. “Expenses are defined
as costs that expire as a result of generating revenues,” (Wolk, Francis,
Tearney, 1991, hlm. 124). Bahwa beban ditentukan sebagai upaya untuk memperoleh
penghasilan atau pendapatan. Proses pengakuan beban untuk kategori seperti
depresiasi, harga pokok produk atau penjualan, bunga dan biaya ditangguhkan
disebut dengan konsep penandingan ini (matching concept).
Konsep matching berimplikasi pada biaya diakui secara adil dan secara
wajar untuk mengakui pendapatan. Dalam
menetapkan laba bersih secara berkala pada dasarnya menyangkut dua masalah
yaitu : pendapatan yang diakui dalam periode tersebut dan biaya-biaya yang
timbul terpakai (beban) yang harus dialokasikan keperiode-periode tersebut.
Masalah yang timbul adalah masalah waktu yaitu kapan pendapatan dan biaya
tersebut ditetapkan karena biaya-biaya tersebut harus dipertemukan dengan
pendapatan, maka pembebanan biaya sangat tergantung pada saat pengakuan
pendapatan dan dilaporkan dalam periode diakuinya pendapatan. Apabila pengakuan
pendapatan ditunda, maka pembebanan biaya akan ditunda sampai saat diakuinya
pendapatan.
H. Cost Benefit Analysis
CBA (Cost Benefit Analysis) atau analisis biaya
manfaat adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis
membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total
biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn,
2003:447). Awal perkembangan analisis
biaya manfaat (CBA) mulai familiar ketika menjadi klausul dalam Undang – Undang
Pengendalian Banjir AS (US Flood Control Act) tahun 1936. CBA berkembang
sebagai landasan teoritis ilmu ekonomi kesejahteraan, terutama konsep ilmu
kesejahteraan yang mengutamakan efisiensi (Pearce, 2008: 181). CBA saat ini merupakan teknik mapan yang
banyak digunakan dalam pemerintahan maupun organisasi internasional. Meskipun
tertentu yang mendasari konsep teknik berasal dari Eropa pada 1840-an,
penggunaan CBA di lingkungan ekonomi merupakan model implementasi yang tergolong
baru. Implementasi CBA mulai berjalan ketika peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah AS yang membuat penggunaan CBA wajib di keadaan tertentu di tahun
1930. Dua konsep dasar yang berasal dari Eropa adalah konsep surplus konsumen
dan konsep eksternalitas. Konsep surplus konsumen diperdebatkan oleh Jules
Dupuitin 1844, ketika ia menunjukkan bahwa pengguna jalan
dan jembatan di Perancis menikmati keuntungan melebihi jumlah korban yang
mereka bayar untuk penggunaan. Pigou mengembangkan secara efektif konsep
eksternalitas dengan menyatakan bahwa ada perbedaan antara swasta ekonomi
produksi dan produk ekonomi masyarakat (mishan and Quah :243). CBA dilengkapi
dengan pendekatan diskonto untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran di masa
yang akan datang berdasarkan nilai sekarang dan tingkat diskonto tertentu. Hal
ini disebabkan oleh biaya dan manfaaat
yang cenderung terakumulasi.
dalam realitas deskriptif, tingkat preferensi waktu dan taksiran biaya
modal sangat bervariasi akibat ketidaksempurnaan pasar-pasar modal. Hal ini
disebabkan oleh kebiasaan publik
(sebagai konsumen) lebih menyukai kondisi (Pearce, 2008: 121-122). Implementasi
CBA dalam pembuatan rekomendasi di sektor publik mempunyai ciri ciri antara
lain berusaha untuk mengukur semua biaya dan manfaat untuk masyarakat yang
dihasilkan dari program pulik. Analisis biaya manfaat secara tradisional merepresentasikan rasionalitas ekonomi karena
kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara
global. Analisis biaya manfaat tradisional juga menggunakan pasar (swasta)
sebagai titik tolak untuk merekomendasikan kebijakan publik. Analisis biaya
manfaat kontemporer, atau disebut juga analisis biaya manfaat sosial, dapat
digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat (Dunn, 2003: 448). Analisis
manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran
keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya,
analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari
pelaksanaan suatu program. Dalam analisis benefit dan cost perhitungan manfaat
serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis
ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum
menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan denganmaknat
ekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai
penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau
suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat
yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor
dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis
manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio
tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain
penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar